Saya dulu puitis. Bengong sebentar di halaman fakultas kampus,
lihat pohon gmelina terhembus angin dan menggugurkan daun-daunnya, jadi deh
satu puisi. Melintas di pinggir danau kampus di sore hari yang mendung, jadi
deh satu puisi lagi. Ngga percaya? Ini contohnya,
Sekarang, sulit sekali membuat puisi. Mencoba menulis deskripsi
untuk masuk ke dalam cerita fiksi saja sulit. Jari-jari ini hanya lancar
ketik-ketik ketika mengonsep surat resmi yang merupakan pekerjaan di kantor
sehari-hari. Ketika saya melihat kumpulan puisi-puisi dan cerita-cerita yang
dulu saya tulis dengan begitu mudahnya, seringkali saya tak percaya bahwa saya
yang menulis itu. Saya lupa bahwa tulisan-tulisan itu bagian dari saya dan lupa
hal-hal apa yang menginspirasi saya untuk menulisnya.