Showing posts with label film. Show all posts
Showing posts with label film. Show all posts

Friday, February 19, 2016

MOVIE REVIEW : Surat Dari Praha (2016)


Berbekal kangennya saya akan film Indonesia yang bagus, saya menonton Surat Dari Praha. Iming-iming latar luar negeri sempat membuat saya khawatir film ini akan berakhir klise dengan semata-mata menjual pemandangan untuk penontonnya. Tapi kekhawatiran saya ditampik oleh pemilihan lokasi yang begitu personal, detil, akrab, memang tak mewah, dan tidak berkesan menyombong; syuting di luar negeri looh. Si sutradara, Angga Dwimas Sasongko, berhasil menampilkan sinematografi yang manis, puitis, sarat emosi, dengan objek-objek sederhana saja.

Monday, October 26, 2015

Movie Review : TRACK (2014) & Rachel Getting Married (2008)



Ketika baru pertama kali nonton sebuah film, tanpa clue yang cukup tentang apa film itu bercerita, biasanya saya hanya berharap film itu bukan film sci-fi, tidak melibatkan alien, vampir, atau bercerita tentang mamang-mamang yang naik haji terus gak pulang-pulang.

Seperti ketika saya nonton dua film ini di HBO; ekspektasi saya biasa-biasa saja. Remote siap di tangan untuk pindah channel kalo-kalo ditengah cerita filmnya jadi ngga menarik. And that wasn’t happening. I was staying in front of the TV until those movies ends. Oke, memang agak ketinggalan ya nonton Rachel Getting Married sekarang, 7 tahun setelah film itu release. But however, adegan-adegan di dua film ini, lingering in my mind for a few days after. Dan sederhananya, posting kali ini, saya pengen cerita kenapa dua film ini begitu berkesan buat saya.


Thursday, February 19, 2015

Movie Review : H E R




Ini film tahun 2013 dan tayang perdana di tahun 2014. Agak lupa juga tahun itu muncul di bioskop twentyone apa ngga. Kalau pun muncul, saya melewatkannya, dan mungkin juga, karena genre filmnya yang ngga mainstream jadi ngga bertengger lama di bioskop.


Anyway, thanks to HBO, kemarin saya berkesempatan juga nonton film ini. Film yang mungkin terinspirasi dari SIRI, operating system yang ada di I-Phone. Entah settingnya di tahun berapa, yang jelas pemrograman komputer sudah sangat canggih, hingga terciptalah sebuah OS yang bisa merespon emosi penggunanya dan bisa berkembang sesuai kebutuhan penggunanya. Ketika penggunanya –Theodore, adalah seorang yang sedang patah hati dan sedang berusaha move on, sang OS yang bernama Samantha, berkembang menjadi sesuatu yang menghibur, romantis, dan sesosok yang siap dijadikan pelampiasan.

Melihat bagaimana teknologi telepon genggam mempengaruhi hidup kita sekarang -membuat kita lebih terisolasi disibukkan dengan gadget kita dari pada relasi nyata dengan lingkungan di sekitar, rasanya tidak mustahil bahwa Samantha akan lahir, dan mungkin melihat orang yang asik ngobrol dengan gadgetnya bukan pemandangan yang aneh nantinya. Film ini lah yang membuat kita berhenti sejenak dan menyadari, bahwa ada hal-hal yang tak bisa digantikan teknologi.

Saturday, March 24, 2012

The Raid dan Penontonnya


Jadi, pada generasi saya lah, ada film Indonesia yang juga di tayangkan secara komersil di Amerika, Kanada, dan Australia; The Raid atau bahasa Indonesianya Serbuan Maut. Berawal dari keikutsertaanya di Toronto International Film Festival, film yang jualan teknik bela diri pencak silat ini ternyata laku dan meraih The Caddilac People’s Choice Award pada kategori Midnight Madness. Intinya ini film sukses, dan saya senang karena sudah menontonnya hari ini (24/3).