Showing posts with label sosial. Show all posts
Showing posts with label sosial. Show all posts

Sunday, September 8, 2013

Hebohnya si Nona Dunia



Fiuh.. Blognya sudah berdebu. Kalau mau beralasan, blog ini terbengkalai karena pemiliknya tenggelam dalam kesibukan mencari nafkah, atau sudah terlena berdiam di zona nyaman. Jadi merasa dunia baik-baik saja hingga akhirnya ada peristiwa yang menggelitik jemari untuk ikut ketik-ketik berkomentar. Dan peristiwa itu adalah.. jeng-jeng, perhelatan Miss World 2013 di Bali.


Kontroversi adalah hal yang membuat Miss World ini menjadi menarik. Pihak-pihak yang begitu gigih menolak penyelenggaraannya berpendapat Miss World hanyalah ajang pamer kemewahan, kecantikan, aurat, sehingga berpotensi merusak moral anak bangsa dan memecah belah NKRI. Bombastis sekali.

Photo by: Liputan6.com

Saya muslim, memakai jilbab, dan saya tentu tidak mengingkari bahwa wanita-wanita yang turut dalam kompetisi brain beauty & behaviour itu memang melenggak-lenggok di depan banyak pria yang bukan muhrim dengan menggunakan gaun kemben. Ya, kebayang sih segitu keselnya habib rizieq, lha wong, kalo saya bayangkan di kantor saya ada wanita yang sudah cantik, pinter, jalannya lenggak-lenggok pake kemben thok, ya mangkel juga ya.. :D


Saturday, December 10, 2011

whats behind it?

Mungkin tulisan ini, memiliki sisi-sisi kontradiktif dengan tulisan sebelumnya di sini. Namun, seperti nama blog ini, otak memang seperti taman labirin yang mewujud liku dan kelok dimana tercipta sudut dan ruang tak terduga, sebuah ketersesatan yang menyenangkan.
Semoga anda tak bosan dengan bahasan ‘memberi dan menerima’, aktivitas lazim bagi manusia sebagai makhluk sosial. Namun, entah karena perkembangan kemanusiaan yang semakin individualis dan pamrih, aktivitas ini menjadi unik dan spesial. Memberi dan menerima menjadi memiliki nilai prestise lebih kini. Entah siapa yang memulai. Entah mass unconciusness atau mass media yang memberikan prestise pada aktivitas (memberi) ini. Padahal, sekali lagi, aktivitas ini bisa dikatakan basic bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Sebutlah serangkaian reality show televisi yang menjadikan aktivitas memberi dan menerima sebagai konsep utama, mulai dari memperbaiki rumah yang bobrok, mengetes kedermawanan orang-orang dengan meminta tolong, atau ikut tinggal dan bekerja dengan orang yang dianggap tak punya, dan mungkin ada lagi yang lain. Acara ini nampak mengemban semangat berbagi yang positif, meski jika dilihat dari sisi yang lain, juga nampak mengeksplotasi kemiskinan untuk mencari keuntungan. Anda berdiri di sisi yang mana, silahkan putuskan sendiri.

Saturday, November 5, 2011

cita-cita kota

Gembel dan pengemis (gepeng) mungkin sudah menjadi keseharian yang menjadi bagian dari aktivitas masyarakat di kota besar. Di Jakarta, mereka nyaris ada di mana-mana. Di perempatan jalan, berkeliling dari satu mobil ke mobil lain di tengah kemacetan, duduk di jembatan penyeberangan, atau menyusuri gerbong demi gerbong kereta rel listrik. Bagaimanapun, Jakarta, si kota sejuta mimpi, tak bisa menghindari kehadiran orang-orang yang berangan-angan bisa merubah nasib, juga tak bisa melawan ketika slum area bertumbuhan sama cepatnya dengan pembangunan mall dan jalan layang.

Ketika bulan Ramadhan tiba, entah dari mana populasi gepeng di hari-hari puasa bertambah. Bukan hanya di tempat-tempat biasa, di bulan Ramadhan konsentrasi keberadaan mereka hingga di halaman masjid-masjid besar dan pemakamam. Bulan ibadah bagi umat muslim itu menjadi momen bagi gepeng untuk menambah penghasilan, terutama di kota besar seperti Jakarta. Penerimaan warga Jakarta terhadap kehadiran mereka pun beragam. Para pengguna jembatan penyeberangan biasanya risih dengan kehadiran mereka di sepanjang jembatan. Begitu pula pengguna jalan raya yang kerap di hampiri ketika berhenti di perempatan lampu merah. Ada pula yang dengan senang hati memberi koin lima ratus atau seribu bahkan memberi tambahan roti dan minuman, sedekah, katanya.

Monday, October 10, 2011

Berapa Usia yang Ideal?

ingin ku pinang dirimu  
mau ah aku mau   
tunggu cukup usia dulu  
agar bahtera kita bahagia selamanya  
jangan hamil cepat-cepat  
jangan lahir rapat-rapat 
agar bayi lahir sehat 
dan ibu selamat  
dua anak lebih baik
   lirik jingle dan tagline iklan di atas, kerap terdengar di sela-sela iklan komersial televisi. Iklan tersebut adalah kampanye BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) agar tidak menikah dini, tidak hamil di usia muda, dan tidak memiliki anak yang terlalu banyak.
   Lalu, usia berapa yang ideal untuk menikah? Undang-undang perkawinan, No. 1 Tahun 1974 (74! betapa uzurnya undang-undang ini) mengatur usia minimal menikah untuk perempuan 16 tahun dan pria 19 tahun. Tetapi, saya berpendapat, di zaman ini usia tersebut masihlah sangat muda. Apalagi untuk si perempuan hamil dan mempunyai anak. Hati-hati menikah di bawah usia minimum tersebut, berarti pelanggaran hukum. Mungkin Anda ingat kasus Syekh Puji yang menikahi perempuan berusia 12 tahun dan diproses secara hukum. Selain untuk melindungi perempuan dari eksploitasi terhadap anak dan melindungi hak-hak reproduksi perempuan, adakah alasan lain yang membuat BKKBN repot-repot menganjurkan warganya untuk hamil tidak cepat-cepat, lahir tidak rapat-rapat, dan anak tidak banyak-banyak?
   Ada! Yaitu, karena nilai indeks pembangunan manusia Indonesia masih rendah, yaitu di peringkat 110 dari 169 negara di dunia dan masuk ke kategori medium human development. Alias, satu kategori di atas low human development.

Saturday, October 1, 2011

GADGET

    Suatu kali, pesawat sudah siap terbang, tetapi masih juga belum jalan. Pengumuman bahwa pintu ditutup juga sudah, tetapi masih juga menunggu sesuatu. Tunggu-tunggu, lalu datanglah seorang laki-laki, berpenampilan rapi, memakai headset, tangan kanan menggenggam dua buah handphone, tangan kiri membawa tas laptop, dan di punggung tas ransel. Gegas ia menuju kursi paling belakang, mengatur bagasi kabinnya, lalu duduk. Ow, jadi ini orang penting yang ditunggu-tunggu.
Peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman, meluruskan tegakan kursi, melipat meja, membuka penutup jendela, dan mematikan handphone sudah terdengar. Tetapiii, laki-laki ini masih sibuk dengan handphone beri hitamnya, dengan smartphone lainnya, dengan headsetnya. Satu kali, awak kabin mengingatkan untuk mematikan gadget-gadgetnya, ia berkata sudah di airplane mode. Dua kali, awak kabin melintas, dan kembali mengingatkan bahwa tetap harus dimatikan. Ketiga kali awak kabin sampai menunggunya untuk mematikan semua gadgetnya.
   Setelah membuat pesawat menunggu, apa kali ini ia ingin membuat pesawat gagal lepas landas?
   Lampu tanda sabuk pengaman masih menyala, pesawat lepas landas menuju ketinggian jelajah, laki-laki ini gelisah mengetuk-ngetuk jarinya, mengambil kartu informasi di kantung kursi, membolak-balik, lalu meletakannya kembali, melihat jam tangan, lalu mengetuk-ngetuk jari lagi.