Mungkin tulisan ini, memiliki
sisi-sisi kontradiktif dengan tulisan sebelumnya di sini. Namun, seperti nama
blog ini, otak memang seperti taman labirin yang mewujud liku dan kelok dimana
tercipta sudut dan ruang tak terduga, sebuah ketersesatan yang menyenangkan.
Semoga anda tak bosan dengan
bahasan ‘memberi dan menerima’, aktivitas lazim bagi manusia sebagai makhluk
sosial. Namun, entah karena perkembangan kemanusiaan yang semakin individualis
dan pamrih, aktivitas ini menjadi unik dan spesial. Memberi dan menerima
menjadi memiliki nilai prestise lebih kini. Entah siapa yang memulai. Entah mass unconciusness atau mass media yang memberikan prestise pada
aktivitas (memberi) ini. Padahal, sekali lagi, aktivitas ini bisa dikatakan
basic bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Sebutlah serangkaian reality show
televisi yang menjadikan aktivitas memberi dan menerima sebagai konsep utama,
mulai dari memperbaiki rumah yang bobrok, mengetes kedermawanan orang-orang
dengan meminta tolong, atau ikut tinggal dan bekerja dengan orang yang dianggap
tak punya, dan mungkin ada lagi yang lain. Acara ini nampak mengemban semangat
berbagi yang positif, meski jika dilihat dari sisi yang lain, juga nampak
mengeksplotasi kemiskinan untuk mencari keuntungan. Anda berdiri di sisi yang
mana, silahkan putuskan sendiri.