Fiuh.. Blognya sudah berdebu.
Kalau mau beralasan, blog ini terbengkalai karena pemiliknya tenggelam dalam
kesibukan mencari nafkah, atau sudah terlena berdiam di zona nyaman. Jadi
merasa dunia baik-baik saja hingga akhirnya ada peristiwa yang menggelitik
jemari untuk ikut ketik-ketik berkomentar. Dan peristiwa itu adalah..
jeng-jeng, perhelatan Miss World 2013 di Bali.
Kontroversi adalah hal yang
membuat Miss World ini menjadi menarik. Pihak-pihak yang begitu gigih menolak
penyelenggaraannya berpendapat Miss World hanyalah ajang pamer kemewahan,
kecantikan, aurat, sehingga berpotensi merusak moral anak bangsa dan memecah
belah NKRI. Bombastis sekali.
|
Photo by: Liputan6.com |
Saya muslim, memakai jilbab, dan
saya tentu tidak mengingkari bahwa wanita-wanita yang turut dalam kompetisi
brain beauty & behaviour itu memang melenggak-lenggok di depan banyak pria
yang bukan muhrim dengan menggunakan gaun kemben. Ya, kebayang sih segitu
keselnya habib rizieq, lha wong, kalo saya bayangkan di kantor saya ada wanita
yang sudah cantik, pinter, jalannya lenggak-lenggok pake kemben thok, ya
mangkel juga ya.. :D
Intinya, saya tidak mengingkari
bahwa secara prinsip, cara Miss World memandang wanita berbeda dengan cara
Islam memandang wanita.
TAPI, yang bikin saya gatel ingin
ikut komen itu adalah “aktivis-aktivis islam” yang bersikap berlebihan dalam
menanggapi hal ini. Mulai dari ancaman menyebar kecoak, pembakaran foto HT dan
foto Gubernur Bali, fatwa MUI, dan hal-hal lain yang menurut saya tacky.
Ya, kaum muslim memang harus
menolak secara tegas hal-hal yang berlawanan dengan syariat. Bentuk penolakan
itulah yang semestinya menyadari ranahnya. Apakah masyarakat Bali yang mayoritas
Hindu dan setuju dengan adanya penyelenggaraan Miss World ini mesti mematuhi
fatwa MUI? Bagaimana kalau besok Parisada Hindu Darma Indonesia memfatwakan
tidak boleh sembelih sapi untuk idul adha? Apakah kita akan patuh? Tentu saja
tidak.
Dan penolakan yang begitu keras
kepala hingga berkesan pemaksaan ini sudah terlalu jauh keluar dari ranahnya.
Sudah mengatur hal-hal yang sudah di luar kuasanya. Kalau begini, kenapa ngga
sekalian aja suruh semua orang Indonesia masuk Islam.
Kembali ke substansi alasan
penolakan: Miss World adalah ajang pamer kemewahan, mengumbar aurat, dan
bahkan, mengutip perkataan Sekjen FUI; “berpakaian ketat, dan melakukan
gerakan-gerakan yang dapat merangsang birahi”.
Kenapa jauh-jauh melarang Miss
World? Kenapa ngga protes cabang olahraga renang di PON? Senam Indah? Jogetnya Agnes
Monica? Hot pantsnya JKT 48? Hal-hal yang lebih banyak bertebaran di keseharian
kita dan kalau memang punya pengaruh buruk, tentu berpotensi lebih besar
mempengaruhi dibanding acara Miss World. Atau jangan-jangan, ya Allah ampunilah
hamba jika bersu’udzon, sekedar cari sensasi saja dengan membidik even besar
seperti Miss World ini?
|
JKT 48, Photo by: Adam covert art |
Alasan penolakan kedua: berpotensi
merusak moral anak bangsa dan memecah belah NKRI. Apakah muslim Indonesia
sedang krisis kepercayaan diri? Apakah setelah menonton Miss World seorang wanita
serta merta melepas jilbab dan pake hotpants ke pasar? Sama ketika ke Lady Gaga
mau konser ke Indonesia dan ditolak habis-habisan juga, apa iya anak-anak muda
setelah malamnya nonton Lady Gaga besoknya ikut-ikutan pake baju dari daging?
Sungguh, keimanan kita pun ada di
tangan Allah, saya tak berniat takabur ketika menulis ini, tapi saya berharap
kita lebih percaya diri, bahwa anak-anak muslim kita telah dididik dengan baik
oleh orang tua – orang tua muslim yang telah dibekali ilmu agama yang cukup
oleh ustad-ustadzah yang telah sebaik-baiknya berdakwah di setiap kesempatan
ruang dan waktu. Apakah anda merasa tidak cukup yakin? Maka jelas bahwa ada hal
lebih penting yang harus dibenahi daripada turun ke jalan menolak Miss World.
Lalu, menurut saya, sebaiknya
gimana sih?
Menunjukkan sikap menolak, dengan
tegas, sudah oke. Tak, tak perlu sebar kecoak. Lebih baik buat mancing atau
pakan burung kecoaknya. Kedua, himbaulah ibu, bapak, kakak, adik, tetangga
kanan, kiri, depan, belakang, agar tidak memandang wanita sepeti Miss World
memandang wanita. Wahai Saudari-saudari, ibu, tante, bibi, uni, teteh semuanya,
lebih bagus dan berkah jika kita mencontoh khadijah, jangan mencontoh Miss Arab
yang ikutan kontes itu. Lihatlah, mereka tidak bijak memamerkan betis dan
pundaknya. Ketiga, Mari wahai aktivis, buatlah ajang pamer lain yang didukung
syariat dan semakin memperdalam keimanan. Buat sebesar-besarnya. Kan bangga
kalau Indonesia sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam bisa membuat ajang
seperti itu dan mendunia.
dan semoga, sikap menolak dengan
tetap menjaga toleransi dan saling menghargai hak asasi ini mendapat Ridho dari
Allah. Amiin.
No comments:
Post a Comment