Monday, October 26, 2015

Movie Review : TRACK (2014) & Rachel Getting Married (2008)



Ketika baru pertama kali nonton sebuah film, tanpa clue yang cukup tentang apa film itu bercerita, biasanya saya hanya berharap film itu bukan film sci-fi, tidak melibatkan alien, vampir, atau bercerita tentang mamang-mamang yang naik haji terus gak pulang-pulang.

Seperti ketika saya nonton dua film ini di HBO; ekspektasi saya biasa-biasa saja. Remote siap di tangan untuk pindah channel kalo-kalo ditengah cerita filmnya jadi ngga menarik. And that wasn’t happening. I was staying in front of the TV until those movies ends. Oke, memang agak ketinggalan ya nonton Rachel Getting Married sekarang, 7 tahun setelah film itu release. But however, adegan-adegan di dua film ini, lingering in my mind for a few days after. Dan sederhananya, posting kali ini, saya pengen cerita kenapa dua film ini begitu berkesan buat saya.


Wednesday, September 2, 2015

yes, its WINDOWS shopping

Saya lumayan rada sering sih ya belanja online. Belanja make-up, belanja tas, dan belanja bodycare. Tapi kenapa mesti belanja online? Kenapa ngga langsung aja? Padahal kantor deket banget sama emol.

1. Karena sibuk? Justru karena ngga sibuk jadinya belanja online, haha.  Suntuk melototin peta atau excell di komputer, maka biasanya saya nyempet-nyempetin ngintip situs belanja atau jualan orang di instagram. Ibarat cuci mata deh. Lihat-lihat tas, baju, palet-palet eyeshadow. Atau cuci mata di instagram yang ‘kebetulan’ banyak jualan isinya. Kalo ada yg ditaksir banget, jadilah saya belanja.  Jadi ini semua dimulai dari kerjaan yang ngga sibuk-sibuk banget sampe bisa browsing dagangan orang di internet.

Monday, August 17, 2015

REVIEW: NGOPI DI BOGOR

Sebagai seorang yang mengaku menggemari kopi, saya mau ceritain empat tempat minum kopi di Bogor yang sudah saya jajal.

1. Rumah Kopi Ranin


















Rumah Kopi Ranin ada di Jalan Ahmad Sobana No. 22 A (orang-orang bilangnya Bangbarung atau Bantarjati). Waktu itu mampir kesini bukan karena sengaja mau nongkrong, tapi lagi pengeen banget ice coffee vietnam. Sebenernya kan di rumah punya drip, tapi ngga ada es batu, jadilah mampir aja kesini. Harganya kalo ngga salah 20 ribu rupiah. Lumayan mak jleb ya harganya, secara bisa aja bikin sendiri di rumah :D
Dekorasi cafenya sendiri didesain vintage, meja dari bekas mesin jahit, bangku-bangku bekas yang ngga seragam, yang sayangnya agak terlalu berantakan dan banyak berdebu. Waktu itu saya duduk di lantai dua, dekat music player. Sepi ngga ada pengunjung lain, dan saya bebas gede-kecilin volume musik di ruangan itu sampe pas sama kuping saya hehehe. 
Kalo yang mau serius ngopi, di sini bisa juga sih. Karena tersedia variant kopi yang lumayan banyak originnya. Juga sempet baca, ada sesi cupping (icip-icip kopi pake gelas kecil-kecil buat tau bedanya rasa/aroma kopi yang satu dari kopi yang lain).

Sunday, April 5, 2015

GRUP BARU TEMAN LAMA



Suatu pagi, tiba-tiba, whatsapp saya ramai bercuit-cuit (kebetulan ringtone untuk message di whatsapp itu suara burung). Ternyata eh ternyata, tanpa persetujuan saya (di whatsapp memang ngga ada feature untuk setuju atau ngga setuju sih), saya sudah masuk di grup yang isinya teman-teman SMA kelas III. Saya kelas III SMA itu kira-kira 11 tahun yang lalu (yah, ketauan deh umurnya).

Untuk menghindari keberisikan grup itu, saya hanya pasrah dan me-mute notifikasinya selama satu tahun aja. Abisnya kalo left kan keliatan dan lagi, nanti adminnya tersinggung. Tapi, ini si admin ngga mikir kali ya, waktu SMA kan ngga bisa satu kelas semuanya jadi satu grup. Kalo bikin kelompok belajar juga pasti pada milih-milih temen yang paling cucok, eh, tetiba ini dia main bikin grup dan semuanya ditumplekin disitu. :P  Yah, somehow, masa-masa SMA apalagi kelas III bukan masa-masa yang dengan antusias ingin saya kenang.
Meski begitu, ke-kepoan saya berlanjut dengan mengintip foto-foto profil teman-teman saya itu, pengen tau mereka gimana ya sekarang. Secara umum, beginilah reaksi saya melihat foto-foto mereka,

Wednesday, March 4, 2015

WHAT IS LEFT AND WHAT IS RIGHT



Saya dulu puitis. Bengong sebentar di halaman fakultas kampus, lihat pohon gmelina terhembus angin dan menggugurkan daun-daunnya, jadi deh satu puisi. Melintas di pinggir danau kampus di sore hari yang mendung, jadi deh satu puisi lagi. Ngga percaya? Ini contohnya,



Sekarang, sulit sekali membuat puisi. Mencoba menulis deskripsi untuk masuk ke dalam cerita fiksi saja sulit. Jari-jari ini hanya lancar ketik-ketik ketika mengonsep surat resmi yang merupakan pekerjaan di kantor sehari-hari. Ketika saya melihat kumpulan puisi-puisi dan cerita-cerita yang dulu saya tulis dengan begitu mudahnya, seringkali saya tak percaya bahwa saya yang menulis itu. Saya lupa bahwa tulisan-tulisan itu bagian dari saya dan lupa hal-hal apa yang menginspirasi saya untuk menulisnya.

Thursday, February 19, 2015

Movie Review : H E R




Ini film tahun 2013 dan tayang perdana di tahun 2014. Agak lupa juga tahun itu muncul di bioskop twentyone apa ngga. Kalau pun muncul, saya melewatkannya, dan mungkin juga, karena genre filmnya yang ngga mainstream jadi ngga bertengger lama di bioskop.


Anyway, thanks to HBO, kemarin saya berkesempatan juga nonton film ini. Film yang mungkin terinspirasi dari SIRI, operating system yang ada di I-Phone. Entah settingnya di tahun berapa, yang jelas pemrograman komputer sudah sangat canggih, hingga terciptalah sebuah OS yang bisa merespon emosi penggunanya dan bisa berkembang sesuai kebutuhan penggunanya. Ketika penggunanya –Theodore, adalah seorang yang sedang patah hati dan sedang berusaha move on, sang OS yang bernama Samantha, berkembang menjadi sesuatu yang menghibur, romantis, dan sesosok yang siap dijadikan pelampiasan.

Melihat bagaimana teknologi telepon genggam mempengaruhi hidup kita sekarang -membuat kita lebih terisolasi disibukkan dengan gadget kita dari pada relasi nyata dengan lingkungan di sekitar, rasanya tidak mustahil bahwa Samantha akan lahir, dan mungkin melihat orang yang asik ngobrol dengan gadgetnya bukan pemandangan yang aneh nantinya. Film ini lah yang membuat kita berhenti sejenak dan menyadari, bahwa ada hal-hal yang tak bisa digantikan teknologi.

Wednesday, January 7, 2015

Kopi Jawa, Drip Vietnam, Buatan Jepang

     Its been a loooong time since my last post in this blog *nyapu-nyapu beranda yang berdebu. Lack of inspiration maybe, atau keterampilan menulis aja yang lagi mandeg. Jadi, di awal tahun 2015 ini saya memutuskan untuk menulis yang mudah-mudah saja. Haha, ngga jaminan juga bakalan konsisten kedepannya. Tulisan apa sih yang mudah-mudah? Review. Review tentang apaa saja, yang lama maupun yang baru. Klise? Ah, suka-suka saya dong, kan blog saya :P
     Okay, jadi di posting pertama di tahun 2015 ini saya mau mereview minuman yang belakangan ini jadi favorit saya. Kopi. Sebelumnya, im not really a coffee person. Minum kopi cuma sesekali banget. Itu pun kopi yang fancy-fancy macam The Ultimate-nya Bengawan Solo << masih favorit sih sampe sekarang, yang nota bene lebih banyak rasa lain-lainnya dari pada rasa riil kopinya. Di rumah sesekali bikin kopi sachet merk luwak White Coffee atau Kapal Api Java Latte.

Biji Kopi Kemasan Excelso dan JJ Royal beserta satu set coffee drip

Thursday, November 7, 2013

Menulis adalah satu cara untuk menata pikiran-pikiran kita. - sesuatu yang entah saya baca/dengar dimana.


Maka saya ingin menulis tentang satu hal yang beberapa waktu ini berkelebatan dalam pikiran. Satu hal itu secara sederhana kita bahasakan sebagai 'kehilangan'.

Ada satu episode Bones yang sempat saya tonton. Pada adegan penutup Bones dengan terbata-bata menjelaskan perubahan apa yang ia rasakan semenjak hidup 'berpartner' dengan Booth. Sebelumnya, dalam pekerjaan sehari-harinya yang berhadapan dengan kematian, orang-orang hilang dan kehilangan, Bones bisa menjaga jarak, mengontrol emosi, bekerja sebaik-baiknya tanpa merasa terpengaruh suasana sedramatis apapun dari kematian yang menyebabkan kehilangan ini. Namun semenjak ia hidup berpartner, Bones mulai mengerti apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kehilangan. Kini Bones memiliki Booth, lalu ia mengerti rasanya takut kehilangan.

Wednesday, September 25, 2013

MELANKOLIA FOTO ISTIMEWA



Tulisan ini berawal dari sebuah foto; seorang laki-laki tua tersenyum lebar, dari ekspresinya ketika di foto, kita akan langsung tahu bahwa ia sungguh sangat gembira. Lalu, fotografer yang saya tak tahu namanya, menambahkan keterangan; foto itu ia ambil saat ia melakukan perjalanan di bagian utara Vietnam, dan laki-laki yang tersenyum lebar itu belum pernah di foto sebelumnya.
 
Photo by: Anonymous
Sambil menatapi foto itu, saya mengkhayalkan situasi ketika sang fotografer mengarahkan kamera pada si kakek, si kakek tersenyum lebar, lalu sang fotografer memamerkan hasil jepretannya pada layar kamera digital, meminta alamat si kakek, dan berjanji akan mengirimi hasil cetakannya nanti. Mungkin si kakek menawarkan sang fotografer untuk istirahat sejenak di rumahnya, mungkin juga tidak. Mungkin si kakek pulang ke rumahnya dengan hati sumringah, membayangkan rasanya punya selembar foto yang bisa ia simpan. Bisa jadi kenang-kenangan untuk anak dan cucunya.

Foto ini membuat saya melankolis. Seperti ketika saya melihat foto-foto tua dengan warna hitam putih yang telah menguning. Masa-masa ketika orang tua saya masih anak-anak atau remaja, kamera tentu saja benda luar biasa mewah yang tak pernah terpikirkan untuk dimiliki sendiri. Jadi ketika ibu saya menunjukkan beberapa fotonya di masa remaja, saya menjadi melankolis karena membayangkan bagaimana foto itu diambil. 

Sunday, September 8, 2013

Hebohnya si Nona Dunia



Fiuh.. Blognya sudah berdebu. Kalau mau beralasan, blog ini terbengkalai karena pemiliknya tenggelam dalam kesibukan mencari nafkah, atau sudah terlena berdiam di zona nyaman. Jadi merasa dunia baik-baik saja hingga akhirnya ada peristiwa yang menggelitik jemari untuk ikut ketik-ketik berkomentar. Dan peristiwa itu adalah.. jeng-jeng, perhelatan Miss World 2013 di Bali.


Kontroversi adalah hal yang membuat Miss World ini menjadi menarik. Pihak-pihak yang begitu gigih menolak penyelenggaraannya berpendapat Miss World hanyalah ajang pamer kemewahan, kecantikan, aurat, sehingga berpotensi merusak moral anak bangsa dan memecah belah NKRI. Bombastis sekali.

Photo by: Liputan6.com

Saya muslim, memakai jilbab, dan saya tentu tidak mengingkari bahwa wanita-wanita yang turut dalam kompetisi brain beauty & behaviour itu memang melenggak-lenggok di depan banyak pria yang bukan muhrim dengan menggunakan gaun kemben. Ya, kebayang sih segitu keselnya habib rizieq, lha wong, kalo saya bayangkan di kantor saya ada wanita yang sudah cantik, pinter, jalannya lenggak-lenggok pake kemben thok, ya mangkel juga ya.. :D


Monday, May 28, 2012

Doa-nya Roker Mania


Setiap pagi dan sore, dalam perjalanan saya menuju tempat bekerja, saya selalu disuguhi pemandangan yang sama; kereta rel listrik (KRL) Jakarta – Bogor yang gerbongnya penuh berdesakan, hingga pintu KRL AC tidak bisa ditutup atau hingga naik ke atap dan bergelantungan di pintu KRL ekonomi.

Bagi saya, hal itu adalah sebuah pemandangan. Karena saya selalu melihatnya dari sisi seberang. Ketika pagi, saya berdiri di peron KRL arah Bogor, dan melihat betapa membludaknya para komuter yang bekerja ke Jakarta. Ketika sore, saya kembali ke Jakarta, dan melihat wajah-wajah yang telah berubah lelah, berdesakan di kereta untuk pulang. Untuk kembali ke rutinitas yang sama keesokan harinya.

Photo: Me

Dalam jarak itu, terlintas di pikiran saya, bahwa para komuter ini yang setia berkereta untuk berangkat dan pulang kerja (mereka juga saya menamakan diri kami roker- rombongan kereta), adalah manusia-manusia yang mau tak mau, harus dan bisa menaklukan trauma dan rasa takut, lalu beradaptasi.

Saturday, March 24, 2012

The Raid dan Penontonnya


Jadi, pada generasi saya lah, ada film Indonesia yang juga di tayangkan secara komersil di Amerika, Kanada, dan Australia; The Raid atau bahasa Indonesianya Serbuan Maut. Berawal dari keikutsertaanya di Toronto International Film Festival, film yang jualan teknik bela diri pencak silat ini ternyata laku dan meraih The Caddilac People’s Choice Award pada kategori Midnight Madness. Intinya ini film sukses, dan saya senang karena sudah menontonnya hari ini (24/3).



Friday, January 20, 2012

Expensive Word: 'I Do'

This evening, after I arrange my files in order on my desk (and at least I can see it’s surface), I found these wedding invitation cards. These cards already expired and I’m about to throw it to trash bin until I realize that these cards are really beautiful. With all those colorful ribbon, soft glossy paper, sparkling dust, and golden ink letters. I don’t need it anymore, but it’s too beautifull to throw away.


I think, maybe those kind of invitation cards is a common mistake in Indonesian wedding ceremony. I said a mistake because, “Why people have to spend a lot of money for a card that have a very short life cycle?”

Tuesday, January 10, 2012

SEABAD DI BOGOR

Mampir ke Gedung 1 Abad

Gedung Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan, yang terletak di Jln. Juanda No. 100 (persis di seberang pintu utama Kebun Raya Bogor), adalah salah satu bangunan peninggalan Belanda. Tahun ini, usianya menginjak satu abad (1912-2012). Bangunan peninggalan Belanda lainnya yang seusia adalah gedung yang juga diokupasi oleh Kementerian Kehutanan, yaitu Gedung Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Klik disini untuk lebih jauh mengenal Bogor.

Saturday, December 10, 2011

whats behind it?

Mungkin tulisan ini, memiliki sisi-sisi kontradiktif dengan tulisan sebelumnya di sini. Namun, seperti nama blog ini, otak memang seperti taman labirin yang mewujud liku dan kelok dimana tercipta sudut dan ruang tak terduga, sebuah ketersesatan yang menyenangkan.
Semoga anda tak bosan dengan bahasan ‘memberi dan menerima’, aktivitas lazim bagi manusia sebagai makhluk sosial. Namun, entah karena perkembangan kemanusiaan yang semakin individualis dan pamrih, aktivitas ini menjadi unik dan spesial. Memberi dan menerima menjadi memiliki nilai prestise lebih kini. Entah siapa yang memulai. Entah mass unconciusness atau mass media yang memberikan prestise pada aktivitas (memberi) ini. Padahal, sekali lagi, aktivitas ini bisa dikatakan basic bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Sebutlah serangkaian reality show televisi yang menjadikan aktivitas memberi dan menerima sebagai konsep utama, mulai dari memperbaiki rumah yang bobrok, mengetes kedermawanan orang-orang dengan meminta tolong, atau ikut tinggal dan bekerja dengan orang yang dianggap tak punya, dan mungkin ada lagi yang lain. Acara ini nampak mengemban semangat berbagi yang positif, meski jika dilihat dari sisi yang lain, juga nampak mengeksplotasi kemiskinan untuk mencari keuntungan. Anda berdiri di sisi yang mana, silahkan putuskan sendiri.

Wednesday, November 30, 2011

Oleh-oleh Dari Bangka

Bangka adalah lokasi pertama yang dinyatakan artis Sandra Dewi saat ia di tanya 5 favorit places to go, selain Jepang dan Perancis.
Ada apa di Bangka? Dari segi tempat yang bisa dikunjungi, di Bangka masih banyak pantai-pantai indah yang belum terlalu komersil sehingga tidak kotor karena dikunjungi banyak orang, atau pantai-pantai yang masih natural karena belum tersentuh resort modern. Dari segi kuliner, banyak tempat-tempat yang sudah mendapatkan rekomendasi di sini dan di sana. Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang? Banyak juga, sebutlah serangkaian jenis kerupuk, terasi, madu pahit, dan otak-otak.
Oleh-oleh spesial dari Bangka yang akan di bahas disini adalah, salah satu yang dibahas di link artikel di atas, yaitu martabak Acau. Siapa yang tidak kenal martabak? Semua orang Indonesia pasti akrab dengan jenis makanan satu ini, yang sudah mengalami banyak revolusi nama.
Di warung martabak Acau, tersedia martabak asin maupun manis. Martabak asin/ telur yang kita kenal sekarang adalah makanan yang berasal dari India. Jika ingin tahu lebih detil, silahkan googling saja. Karena asal aslinya yang dari India, saya mengira bahwa keahlian Mr. Acau sendiri bukan pada pembuatan martabak asin/ telur. Walaupun beliaulah yang melayani pembeli martabak asin/telur. Dari namanya, kita tahu bahwa beliau orang cina, atau keturunan cina paling tidak. Asal-usul keturunannya yang cina ini lebih dekat dengan martabak manis. Martabak manis yang kita kenal sekarang memiliki nama asli Hok Lo Pan, atau orang Bangka menyebutnya Kue Terang Bulan. Bukan berarti terjemahan dari Hok Lo Pan adalah Kue Terang Bulan. Hok Lo Pan berarti kue orang suku Hok Lo. Sementara Kue Terang Bulan lebih merujuk kepada tampilan kuenya yang berbentuk lingkaran dan berwarna kuning terang. Persis bulan di kala purnama.

Saturday, November 5, 2011

cita-cita kota

Gembel dan pengemis (gepeng) mungkin sudah menjadi keseharian yang menjadi bagian dari aktivitas masyarakat di kota besar. Di Jakarta, mereka nyaris ada di mana-mana. Di perempatan jalan, berkeliling dari satu mobil ke mobil lain di tengah kemacetan, duduk di jembatan penyeberangan, atau menyusuri gerbong demi gerbong kereta rel listrik. Bagaimanapun, Jakarta, si kota sejuta mimpi, tak bisa menghindari kehadiran orang-orang yang berangan-angan bisa merubah nasib, juga tak bisa melawan ketika slum area bertumbuhan sama cepatnya dengan pembangunan mall dan jalan layang.

Ketika bulan Ramadhan tiba, entah dari mana populasi gepeng di hari-hari puasa bertambah. Bukan hanya di tempat-tempat biasa, di bulan Ramadhan konsentrasi keberadaan mereka hingga di halaman masjid-masjid besar dan pemakamam. Bulan ibadah bagi umat muslim itu menjadi momen bagi gepeng untuk menambah penghasilan, terutama di kota besar seperti Jakarta. Penerimaan warga Jakarta terhadap kehadiran mereka pun beragam. Para pengguna jembatan penyeberangan biasanya risih dengan kehadiran mereka di sepanjang jembatan. Begitu pula pengguna jalan raya yang kerap di hampiri ketika berhenti di perempatan lampu merah. Ada pula yang dengan senang hati memberi koin lima ratus atau seribu bahkan memberi tambahan roti dan minuman, sedekah, katanya.

Monday, October 10, 2011

Berapa Usia yang Ideal?

ingin ku pinang dirimu  
mau ah aku mau   
tunggu cukup usia dulu  
agar bahtera kita bahagia selamanya  
jangan hamil cepat-cepat  
jangan lahir rapat-rapat 
agar bayi lahir sehat 
dan ibu selamat  
dua anak lebih baik
   lirik jingle dan tagline iklan di atas, kerap terdengar di sela-sela iklan komersial televisi. Iklan tersebut adalah kampanye BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) agar tidak menikah dini, tidak hamil di usia muda, dan tidak memiliki anak yang terlalu banyak.
   Lalu, usia berapa yang ideal untuk menikah? Undang-undang perkawinan, No. 1 Tahun 1974 (74! betapa uzurnya undang-undang ini) mengatur usia minimal menikah untuk perempuan 16 tahun dan pria 19 tahun. Tetapi, saya berpendapat, di zaman ini usia tersebut masihlah sangat muda. Apalagi untuk si perempuan hamil dan mempunyai anak. Hati-hati menikah di bawah usia minimum tersebut, berarti pelanggaran hukum. Mungkin Anda ingat kasus Syekh Puji yang menikahi perempuan berusia 12 tahun dan diproses secara hukum. Selain untuk melindungi perempuan dari eksploitasi terhadap anak dan melindungi hak-hak reproduksi perempuan, adakah alasan lain yang membuat BKKBN repot-repot menganjurkan warganya untuk hamil tidak cepat-cepat, lahir tidak rapat-rapat, dan anak tidak banyak-banyak?
   Ada! Yaitu, karena nilai indeks pembangunan manusia Indonesia masih rendah, yaitu di peringkat 110 dari 169 negara di dunia dan masuk ke kategori medium human development. Alias, satu kategori di atas low human development.

Saturday, October 1, 2011

GADGET

    Suatu kali, pesawat sudah siap terbang, tetapi masih juga belum jalan. Pengumuman bahwa pintu ditutup juga sudah, tetapi masih juga menunggu sesuatu. Tunggu-tunggu, lalu datanglah seorang laki-laki, berpenampilan rapi, memakai headset, tangan kanan menggenggam dua buah handphone, tangan kiri membawa tas laptop, dan di punggung tas ransel. Gegas ia menuju kursi paling belakang, mengatur bagasi kabinnya, lalu duduk. Ow, jadi ini orang penting yang ditunggu-tunggu.
Peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman, meluruskan tegakan kursi, melipat meja, membuka penutup jendela, dan mematikan handphone sudah terdengar. Tetapiii, laki-laki ini masih sibuk dengan handphone beri hitamnya, dengan smartphone lainnya, dengan headsetnya. Satu kali, awak kabin mengingatkan untuk mematikan gadget-gadgetnya, ia berkata sudah di airplane mode. Dua kali, awak kabin melintas, dan kembali mengingatkan bahwa tetap harus dimatikan. Ketiga kali awak kabin sampai menunggunya untuk mematikan semua gadgetnya.
   Setelah membuat pesawat menunggu, apa kali ini ia ingin membuat pesawat gagal lepas landas?
   Lampu tanda sabuk pengaman masih menyala, pesawat lepas landas menuju ketinggian jelajah, laki-laki ini gelisah mengetuk-ngetuk jarinya, mengambil kartu informasi di kantung kursi, membolak-balik, lalu meletakannya kembali, melihat jam tangan, lalu mengetuk-ngetuk jari lagi.